-->

5 Cara Validasi Perasaan Anak Agar Emosinya Mereda

Upset photo created by user18526052 - www.freepik.com

Memahami cara validasi perasaan anak saat mereka emosi atau sedih, merupakan basic skill yang harus kamu miliki sebagai oran gtua. Skill ini akan membangun karakter dan bonding yang kuat antara kamu dan anak.

Jangan sampai kamu justru memarahinya saat mereka marah, kesal, sedih, atau menangis. Sebab, akan memberikan dampak buruk terhadap anak.

Validasi perasaan atau validasi emosi merupakan penerimaan terhadap perasaan tersebut. Membiarkan anak untuk menerima emosinya merupakan fase penting dalam proses belajarnya.

Hal ini akan meningkatkan kecerdasan emosinya anak. Melakukan validasi perasaan anak memang tidak mudah, kamu perlu terus belajar hingga lebih bijak dalam menanggapi setiap emosinya.

Nah, pada artikel kali ini kami akan memberikan cara validasi perasaan anak agar emosinya mereda tanpa harus memarahinya. Simak selengkapnya berikut ini.

6 Cara Validasi Perasaan Anak

Tujuan dari validasi perasaan sendiri adalah membantu anak menenangkan otak emosionalnya. Sehingga, otak rasionalnya bisa menerima realita yang ada. Dengan demikian, anak bisa mengendalikan dirinya.

Baca Juga: Jangan Anggap Remeh Validasi Emosi Anak! Simak Penjelasannya

Berikut ini adalah 6 cara yang bisa kamu lakukan untuk memvalidasi perasaan anak agar emosinya bisa mereda:

1. Jangan Pernah Menyangkal Perasaannya

Cara validasi perasaan anak yang pertama adalah jangan pernah menyangkal perasaannya. Dengarkan semua yang ingin dia sampaikan, meski bagi kamu itu tidak masuk akal.

Kamu harus bisa menerima perasaannya, sehingga anak akan merasa dipahami dan dimaklumi. Pada saat tersebut, ia akan merasa lebih tenang dan lebih cepat mengatasi emosi negatifnya.

Sebab, perasaan seseorang selalu valid bagi yang merasakannya.

2. Gunakan Kalimat Tanya Saat Memvalidasi Perasaannya

Saat anak sedang ‘mengadu’ karena emosinya, usahakan jangan memberi respon ceramah. Tapi, usahakan kamu memberikan kalimat tanya untuk memvalidasi perasaannya.

Sebab saat sedang dipenuhi emosi, anak tidak akan mampu mencerna argumen dari orang lain dengan baik. Sebab, otak emosionalnya bekerja lebih dominan dari otak rasional.

Untuk memicu otak rasionalnya bekerja, kamu bisa memancingnya dengan pertanyaan. Tapi, jangan mengajukan pertanyaan yang rumit, ya! Cukup ajukan pertanyaan yang membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’.

Misalkan anak kamu menangis di tempat umum karena es krim kesukaannya jatuh. Maka, cara validasi perasaan anak adalah

  • Kamu kesal ya?
  • Kamu sedih karena es krimnya jatuh?
  • Padahal itu es krim kesukaan kamu, ya?
  • Mau ibu belikan es krim baru tidak?

Nah, saat anak mampu merespon pertanyaan tersebut, artinya otak rasionalnya sudah mampu bekerja. Sehingga, mereka jadi memahami apa yang membuatnya merasa emosi.

3. Beri Nama Emosi yang Sedang Dirasakan Anak

Memberi nama emosi negatif akan membuat anak mengenali emosi tersebut. Ia juga akan mengenali perasaan dan impuls yang muncul.

Misalnya adalah:

  • Kamu kesal karena es krim kesukaanmu jatuh?
  • Lalu, rasanya kamu ingin menangis ya?

4. Tunjukkan Empati Saat Sedang Menghadapi Emosinya

Cara validasi perasaan anak berikutnya adalah dengan menunjukkan empati. Sehingga ia akan merasa kamu memahaminya. Tapi, memahami perasaan anak bukan berarti membiarkan semuanya harus sesuai keinginannya.

Kamu harus bisa menunjukkan mana yang seharusnya anak lakukan pada kondisi tersebut, dan mana yang tidak boleh dilakukan.

Misalnya adalah:

“Iya, pasti kesal kalau makanan kesukaan kamu jatuh. Ibu juga pasti kesal kalau makanan kesukaan ibu jatuh. Tapi, menangis di tempat umum juga gak baik. Nanti bisa mengganggu orang lain, lho.”

5. Memancing Anak untuk Membuat Keputusan

Tahap terakhir saat otak rasionalnya sudah bekerja dan emosi anak mereda, maka kamu bisa mendorongnya melalukan apa yang seharusnya dilakukan dengan gembira.

Kamu juga bisa memberikan tawaran agar anak membuat keputusan. Misalnya adalah:

  • Kamu mau ibu belikan es krim baru atau tidak?
  • Kamu mau rasa yang sama atau berbeda?

Nah, untuk respon yang kamu berikan, bisa disesuaikan dengan kasus yang dihadapi. Yang jelas, kamu harus memahami garis besar dari cara validasi perasaan anak tersebut.

Show Comments

Bottom Ads