Toxic
productivity mungkin tidak asing lagi bagi sebagian orang. Sebab,
akhir-akhir ini istilah tersebut sering menjadi perbincangan di kalangan
masyarakat, khususnya pekerja.
Tapi, masih
banyak di antara mereka yang belum benar-benar memahaminya. Oleh sebab itu, kali
ini kami akan membahas lebih detail mengenai toxic productivity dan
apa saja ciri-cirinya.
Yuk, simak
selengkapnya di bawah ini.
Apa yang Dimaksud Toxic productivity?
Toxic
productivity atau produktivitas beracun merupakan keinginan
untuk terus-menerus produktif setiap saat dalam batas tidak sehat.
Penderitanya selalu
ingin bekerja ekstra di manapun. Baik dalam urusan pekerjaan di kantor maupun
pekerjaan rumah di rumah.
Orang yang
terjebak dalam lingkaran produktivitas beracun ini akan merasa sangat bersalah
jika mereka tidak produktif. Bahkan perasaan bersalah tersebut sampai
mengganggu kesehariannya.
Baca Juga: Yuk Kenali Ciri-Ciri Toxic Relationship dan Cara Keluarnya
Akibatnya adalah
mereka tidak akan merasa tenang saat istirahat, kelelahan berlebih, hingga risiko
terkena stress lebih tinggi. Bahkan, kesehatan mereka juga akan terancam.
Toxic
productivity ini berbeda dengan workaholic atau bahkan hustle
culture. Ketiganya memang terlihat mirip tapi nyatanya berbeda.
Workaholic merupakan
seseorang yang sangat suka bekerja sehingga aspek lain selain bekerja menjadi
terlengkai. Sedangkan hustle culture merupakan buda yang menganggap aspek
terpenting dalam hidupnya.
Antara
workaholic dan hustle culture hanya terkait seputar pekerjaan saja, selain itu
mereka tidak masalah jika disuruh istirahat atau libur.
Berbeda
dengan seseorang yang terjebak dalam toxic productivity. Mereka akan
mencari kesibukan lain saat libur. Sebab jika hanya berdiam diri untuk
istirahat mereka merasa bersalah, bahkan saat sakit juga.
Apa Ciri-Ciri Orang yang Terjebak Toxic productivity?
Ada beberapa ciri-ciri
orang yang terjebak dalam toxic productivity, di antaranya adalah:
1. Terlalu Terobsesi untuk Produktif
Jika dalam
toxic positivity seseorang akan merasa terobsesi terus memberikan hal positif,
maka dalam hal ini seseorang akan terobsesi terus produktif.
Memang produktif
merupakan hal yang sangat baik. Tapi, jika terlalu berlebihan jadinya tidak
baik. Apa lagi jika sampai mengorbankan kondisi kesehatan fisik dan mental.
2. Merasa Bersalah Saat Berdiam Diri
Seseorang
yang sudah terjebak dalam produktivitas beracun, akan merasa bersalah saat
berdiam diri. Bahkan, hanya untuk beristirahat.
3. Memiliki Ekspektasi Tidak Realistis
Target yang
ingin dicapai oleh orang yang terjebak dalam toxic productivity biasanya
sangat tinggi. Bahkan, sering kali tidak realistis.
Hal ini yang
membuat mereka melakukan berbagai hal tanpa jeda untuk mencapai targetnya
tersebut.
4. Sulit Merasa Puas
Kondisi ini
juga membuat orang sulit merasa puas meski pencapaiannya secara objektif sudah
lebih dari cukup. Mereka ingin terus lebih dan lebih, hingga menimbulkan
produktivitas beracun.
5. Tidak Suka dengan Kata Istirahat
Saking tidak
sukanya saat berdiam diri, seseorang yang terjebak dalam toxic productivity tidak
akan tenang saat istirahat meski sedang sakit. Pastinya ada saja hal yang ingin
mereka lakukan.
Bagaimana Cara Mengatasi Toxic productivity?
Jika saat ini
kamu sedang terjebak dalam toxic productivity, maka tidak perlu
khawatir karena ada cara untuk mengatasinya. Di antaranya adalah:
Segera Sadari Jika Kamu Sudah Mulai Terjebak
Menyadari bahwa
kamu sudah terjebak dalam lingkaran produktivitas beracun merupakan hal yang
penting. Sehingga, kamu sadar bahwa produktivitas tersebut kurang baik untuk
kesehatan tubuh dan mental.
Menerapkan Cara Kerja Efektif dan Efisien
Lakukan semua
pekerjaan secara efektif dan efisien, sehingga semuanya akan selesai lebih cepat
dan tidak mengharuskan kamu bekerja ekstra. Selain itu, cara kerja ini juga
mengurangi hal-hal tidak penting dalam melakukan pekerjaan.
Hilangkan Pertanyaan “Apa yang harus dilakukan sekarang?”
Untuk
mengatasi toxic productivity, hilangkan pertanyaan tersebut khususnya
ketika waktunya beristirahat. Biarkan pikiran kamu tenang, sehingga kamu bisa
menikmati waktu-waktu istirahat.
Lakukan Self Care
Tetap lakukan
self care secara rutin, misalnya olahraga, perawatan tubuh, nonton, ngopi,
ngobrol, dan masih banyak lainnya.
Selain itu,
pastikan kamu juga harus bisa mengatur waktu tidur yang baik. Tentukan kapan
harus beristirahat dan kapan harus produktif juga menjadi hal yang yang sangat
penting.
Mengisi waktu
dengan kegiatan yang produktif memang sangat baik, tapi pastikan jangan sampai
berlebihan. Hindari toxic productivity, karena kamu juga perlu waktu istirahat.